Senin, 04 November 2013

Hepatitis Pada Bayi Baru Lahir



Istilah "Hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut ( hepatitis A ) dapat pula hepatitis kronik ( hepatitis B,C ) dan adapula yang kemudian menjadi kanker hati ( hepatitis B dan C ).

 
PENYEBAB
Hepatitis hampir selalu disebabkan oleh virus hepatitis B.

Infeksi biasanya ditularkan dari ibu selama proses persalinan berlangsung. Hepatitis biasanya tidak ditularkan selama bayi berada dalam kandungan karena virusnya tidak mudah melewati plasenta (ari-ari).

GEJALA
Sebagian besar bayi yang terinfeksi akan mengalami hepatitis kronis (hepatitis menahun) yang biasanya baru menimbulkan
gejala pada masa kanak-kanak.

Hepatitis pada bayi baru lahir merupakan suatu penyakit yang serius, 25% dari penderita akhirnya meninggal.

Pada bayi yang terinfeksi kadang ditemukan gejala berikut:
- pembesaran hati (hepatomegali)
- ascites (penimbunan cairan di dalam perut)
- sakit kuning (jaundice) akibat peningkatan kadar bilirubin.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan darah.

PENGOBATAN
Wanita hamil secara rutin diperiksa terhadap kemungkinan infeksi oleh virus hepatitis B.
Bayi biasanya baru terinfeksi pada saat persalinan, karena itu kepada bayi baru lahir yang ibunya menderita hepatitis B, diberikan suntikan immunoglobulin hepatitis B dalam waktu 24 jam setelah lahir, sebelum terjadinya infeksi. Suntikan ini akan melindungi bayi untuk sementara. Pada saat yang sama juga diberikan vaksinasi hepatitis B untuk perlindungan jangka panjang
  
Hepatitis A
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis kronik.
Masa inkubasi 30 hari.Penularan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feces pasien, misalnya makan buah-buahan, sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang. Minum dengan es batu yang prosesnya terkontaminasi.
Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin beberapa kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan risiko tinggi tertular hepatitis A.

Hepatitis B
Gejala mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam. Penularan dapat melalui jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfusi darah dan gigitan manusia.
Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta imunoglobulin yang mengandung antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah paparan.
Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa tahun yang lalu. Yang merupakan risiko tertular hepatitis B adalah pecandu narkotika, orang yang mempunyai banyak pasangan seksual.
Mengenai hepatitis C akan kita bahas pada kesempatan lain.

Hepatitis D
Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.

Hepatitis E
Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ), keculai bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi feces.

Hepatitis F
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.

Hepatitis G
Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik. Semoga pengetahuan ini bisa berguna bagi Anda dan dapat Anda teruskan kepada saudara ataupun teman Anda.

Mencegah Kanker Hati
KANKER hati merupakan kanker yang sering dijumpai di Indonesia. Kanker ini dihubungkan dengan infeksi Hepatitis B atau Hepatitis C. Artinya pada umumnya penderita kanker hati pernah terinfeksi Hepatitis B atau C.
Penyakit Hepatitis B dan Hepatitis C sering dialami penduduk Indonesia. Kedua penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh. Virus Hepatitis B dan Hepatitis C dapat ditularkan melalui hubungan seksual, jarum suntik, dan transfusi darah.
Pada umumnya dewasa ini di negeri kita transfusi darah sudah aman, darah yang akan diberikan diskrining Hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV. Dengan demikian kemungkinan penularan Hepatitis dan HIV melalui transfusi darah sudah menjadi kecil. Gejala penyakit Hepatitis, virus biasanya dimulai dengan demam, pegal otot, mual, mata menjadi kuning, dan air seni berwarna kemerahan seperti air teh. Namun, tidak semua orang mengalami gejala seperti itu.
Gejala Hepatitis C biasanya lebih ringan dibandingkan dengan Hepatitis A atau B. Setelah terserang Hepatitis A pada umumnya penderita sembuh secara sempurna, tidak ada yang menjadi kronik. Hepatitis B juga sebagian besar akan sembuh dengan baik dan hanya sekitar 5-10 persen yang akan menjadi kronik. Bila hepatitis B menjadi kronik maka sebagian penderita hepatitis B kronik ini akan menjadi sirosis hati dan kanker hati.
Pada Hepatitis C penderita yang menjadi kronik jauh lebih banyak. Sebagian penderita Hepatitis C kronik akan menjadi sirosis hati dan kanker hati. Hanya sebagian kecil saja penderita Hepatitis B yang berkembang menjadi kanker hati. Begitu pula pada penderita Hepatitis C hanya sebagian yang menjadi kanker hati. Biasanya diperlukan waktu 17 sampai dengan 20 tahun seorang yang menderita Hepatitis C untuk berkembang menjadi sirosis hati atau kanker hati.
Sekarang memang ada obat baru untuk Hepatitis B yang disebut lamivudin. Obat ini berupa tablet yang dimakan sekali sehari. Sedangkan jika diperlukan pengobatan untuk Hepatitis C tersedia obat Interferon (suntikan) dan Ribavirin (kapsul). Namun penggunaan obat-obat tersebut memerlukan pengawasan dokter.
Hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan anti HBs positif berarti Anda pernah terinfeksi virus Hepatitis B, namun virus tersebut sudah tidak ada lagi dalam darah Anda (HbsAg negatif). Itu bahkan menunjukkan bahwa Anda sekarang sudah mempunyai kekebalan terhadap Hepatitis B (anti HBs positif). Karena itu selama kadar antibodi anti HBs Anda tinggi, maka Anda tak perlu lagi divaksinasi. Imunisasi Hepatitis B dapat dimulai sejak bayi.
Anti HCV negatif artinya Anda belum pernah terinfeksi Hepatitis C. Sampai sekarang ini belum ada vaksin untuk Hepatitis C sehingga Anda dianjurkan agar berhati-hati sehingga tidak tertular Hepatitis C. Jadi hindari kontak dengan cairan tubuh orang lain. Salah satu cara yang efektif untuk menurunkan kekerapan kanker hati adalah dengan imunisasi Hepatitis B. Ini telah dibuktikan di banyak negara. Ternyata, negara-negara yang mempunyai program imunisasi Hepatitis B yang baik kekerapan kanker hati menurun dengan nyata. Mudah-mudahan masyarakat kitapun peduli terhadap imunisasi Hepatitis B ini.
Infeksi.com

PENDAHULUAN
Dikembangkannya program Imunisasi Hepatitis B didasarkan pada kenyataan bahwa program Imunisasi Dasar (BCG,DPT, Polio dan Campak) telah mencapai Universal Child Immunization (UCI), yang berarti secara nasional telah dicakup lebih dari 80% sasaran 5 juta bayi untuk imunisasi dasar lengkap tesebut, hal ini didasarkan tingginya kesadaran masyarakat terhadap program Imunisasi serta mantapnya program Imunisasi.
Dengan demikian adopsi hepatitis B ke dalam program Imunisasi
rutin yang ada tidak akan menjadi masalah.WHO mentargetkan bahwa pada tahun 2000, masalah hepatitis B di dunia sudah dapat diatasi. Program Imunisasi Dasar hepatitis, adalah untuk proteksi, membentuk anti HBs untuk mencegah penularan infeksi hepatitis B
.
TUJUAN PROGRAM
Secara umum program imunisasi hepatitis B bertujuan menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh infeksi hepatitis B dan akibat lanjut darinya, dengan memberi kekebalan kepada bayi sedini mungkin.
Secara khusus program imunisasi hepatitis B bertujuan :
a) mencegah infeksi hepatitis pada bayi; penularan vertika
akan melahirkan bayi yang menjadi pengidap dan merupakan
sumber penularan (Robinson dkk, 1984); bayi-bayi tersebut akan
menderita cirrhosis dan hepatoma di kemudian hari.
b) mencegah pengidap penyakit hepatitis B; apabila anak sudah
tertular dan menjadi pengidap hepatitis B maka upaya pencegah-
an akan sia-sia belaka. Pencegahan harus diarahkan terhadap
bayi baru lahir. 
 
POLA PENULARAN VIRUS HEPATITIS B (3,4,5)
1) Secara vertikal:
Penularan dan ibu ke anak terjadi: a) di dalam rahim (intra-
uterin), b) pada saat persalinan (intrapartum), dan c) pasca per-
salman (postpartum).
Bayi yang dilahirkan dan ibu yang HBsAg + HBs AgE +
akan menderita hepatitis B. Infeksi hepatitis B pada bayi ini tanpa
gejala klinis yang menonjol; keadaan ini menyebabkan ibu men-
jadi lengah dan lupa untuk membuat upaya pencegahan.
2) Secara horizontal
Transmisi yang paling sering terjadi akibat transfusi darah,
jarum suntik, hubungan intim dengan carrier, dan lain-lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan respon anti HBs.
a) Umur
Respon pembentukan anti HBs pada anak dan dewasa muda
jauh lebih baik dibandingkan dengan orang dewasa yang berumur
di atas 40 tahun.
b) Jenis kelamin
Respon wanita lebih baik dan laki-laki (Warmer dkk, 1983).
c) Faktor immunologis
Penderita gangguan imunitas sekunder terbukti mempunyai
respon pembentukan anti HBs yang lemah, misalnya penderita
hemodialisa kronik.
d) Tempat dan cara pemberian
Karena tebalnya lemak subkutan di bokong, maka cara pem-
berian imunisasi di bokong memberikan respon pembentukan
antibodi yang lebih rendah dibandingkan pemberian di deltoi-
deus.
Vaksin hepatitis terbuat dan plasma darah atau recombinant
DNA; bila disimpan pada. suhu 2°C ­ 8°C akan memberikan
perlindungan 95%. Tidak boleh beku karena merusak potensi-
nya. Stabil tahan 30 hari pada suhu 37°C ­ 45°C.
Beberapa faktor kunci yang menunjang keberhasilan pro-
gram imunisasi hepatitis B
1) Kelancaran penyediaan dan distribusi vaksin.
2) Pelatihan seluruh petugas Dinas Kesehatan Propinsi, Ka-
bupaten, Puskesmas dan Kader.
Efek samping vaksinasi boleh dikatakan tidak ada, kadang
kadang nyeri pada tempat suntikan.
3) Penyuluhan tentang pencegahan penyakit hepatitis B ke
seluruh desa, petugas imunisasi, kader dan jajaran pemerintah
daerah. 

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati. Pengobatan hepatitis B semakin lama semakin dikembangkan oleh berbagai Negara dan menjadi salah satu perhatian badan kesehatan dunia WHO.
Penyebab Hepatitis ternyata bukan hanya semata-mata virus. Keracunan obat, dan paparan berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa juga menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain.
<p>Your browser does not support iframes.</p>
Virus Hepatitis B mengganggu fungsi hati dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh, yang menghasilkan reaksi spesifik untuk memerangi virus. Sebagai konsekuensi dari kerusakan patologis, hati menjadi meradang. Sebagian kecil orang yang terinfeksi tidak dapat menyingkirkan virus dan menjadi infeksi kronis. Jika ada orang yang sedang menjalani pengobatan hepatitis B dalam keadaan seperti ini, patut diwaspadai karena orang-orang ini berisiko tinggi kematian akibat sirosis hati dan kanker hati.

Mencegah penularan virus hepatitis B

Virus hepatitis B ditularkan melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh dari orang yang terinfeksi – dengan cara yang sama seperti human immunodeficiency virus (HIV). Namun, virus HBV ini 50 sampai 100 kali lebih menular dibandingkan HIV.
Cara utama penularan infeksi dengan HBV adalah:
  • Perinatal (dari ibu ke bayi pada saat kelahiran)
  • Transmisi virus
  • Suntikan dan transfusi
  • Kontak seksual.
Di seluruh dunia, sebagian besar infeksi terjadi dari ibu ke bayi, dan dari penggunaan kembali jarum suntik yang tidak steril dan. Cara melindungi diiri diri terhadap hepatitis B dengan vaksinasi. Vaksin hepatitis B memiliki catatan keamanan dan efektivitas, dan sejak 1982, lebih dari satu milyar dosis telah digunakan di seluruh dunia. Vaksin ini 95% efektif dalam mencegah infeksi kronis dari berkembang. Perlindungan berlangsung selama 20 tahun setidaknya, booster tidak direkomendasikan oleh WHO. Hal ini direkomendasikan sebagai pencegahan bagi mereka yang beresiko maupun pengobatan hepatitis B bagi mereka yang telah terinfeksi.

Hepatitis B


Jangkauan Persoalan

Sekitar satu per tiga dari populasi dunia pernah terpapar pada suatu waktu pada virus hepatitis B (HBV). Selain itu, hampir 350 juta individu-individu diseluruh dunia terinfeksi secara kronis (durasi yang lama) dengan virus ini. Sebagai akibatnya, komplikasi-komplikasi dari infeksi virus hepatitis B menjurus pada dua juta kematian-kematian setiap tahunnya.
Menurut angka-angka dari Centers for Disease Control (CDC), 140,000 sampai 320,000 kasusu-kasus akut (durasi yang pendek) hepatitis B (infeksi hati dengan virus hepatitis) terjadi setiap tahun di Amerika. Hanya kira-kira 50% dari orang-orang dengan hepatitis B akut, bagaimanapun, mempunyai gejala-gejala (adalah simptomatik). Diantara pasien-pasien yang simptomatik (symptomatic), 8,400 sampai 19,000 orang-orang diopname dan 140 sampai 320 meninggal setiap tahun di Amerika. Pada dekade yang lalu, bagaimanapun, suatu penurunan yang lebih dari 70% dalam kejadian hepatitis B akut telah terjadi di Amerika. Penurunan ini mungkin berkaitan dengan kesadaran publik yang meninggi pada HIV dan AIDS dan praktek-praktek seksual yang lebih aman yang diakibatkannya. (Hepatitis Virus B dan HIV disebarkan dalam suatu cara yang hampir sama). Pada saat ini, kejadian-kejadian hepatitis B akut yang paling tinggi adalah diantara dewasa-dewasa muda, terutama orang-orang hitam dan orang-orang hispanik, antara umur 20 dan 30 tahun.
Kebanyakan dewasa-dewasa (lebih besar dari 95%) dengan hepatitis B akut akan sembuh sepenuhnya. Sebagai akibatnya, mereka akan menjadi imun (terlindung dari) terhadap suatu infeksi virus hepatitis B masa depan. Berlawanan dengannya, kebanyakan bayi-bayi dan anak-anak yang terinfeksi dengan virus hepatitis B akut akan menjadi terinfeksi kronis dengan virus. Jadi, di Amerika, suatu perkiraan dari 1 sampai 1.25 juta orang-orang terinfeksi kronis dengan virus hepatitis B. Lebih jauh, 5,000 sampai 6,000 orang-orang meninggal setiap tahun dari penyakit hati virus hepatitis B kronis dan komplikasi-komplikasinya, termasuk kanker hati (hepatocellular carcinoma) primer (berasal dari hati).
Pada beberapa bagian-bagian dunia, infeksi virus hepatitis B adalah selalu hadir (endemic) dalam populasinya. Contohnya, di Asia Tenggara dan Afrika Sub-Sahara, sebanyak 15 sampai 20% dari dewasa-dewasa terinfeksi kronis dengan virus hepatitis B. Di Amerika, angka-angka sebegitu tinggi dari infeksi-infeksi kronis terlihat hanya diantara kelompok-kelompok etnik spesifik yang tertentu. Kelompok-kelompok ini termasuk pribumi-pribumi Alaska, orang-orang kepulauan Pasifik, dan bayi-bayi dari ibu-ibu imigran (pendatang) generasi pertama dari negara-negara dengan angka-angka infeksi virus hepatitis B yang tinggi.

Definisi Virus Hepatitis B

Virus hepatitis B termasuk suatu keluarga dari virus-virus DNA yang disebut Hepadnaviridae. Virus-virus ini terutama menginfeksi sel-sel hati. Nama keluarga datang dari Hepa, berarti hati; DNA, merujuk pada deoxyribonucleic acid, materi genetik virus; dan viridae, berarti virus. Virus-virus lain dalam keluarga ini dapat menyebabkan hepatitis pada hewan-hewan tertentu. Virus-virus ini termasuk virus hepatitis woodchuck, virus hepatitis bajing tanah, dan virus hepatitis bebek. Hepadnaviridae adalah sangat serupa satu dengan lainnya. Maka, beberapa model-model hewan telah dikembangkan untuk mempelajari virus hepatitis B dan untuk mengevaluasi obat-obat baru untuk merawat virus hepatitis B.
Gen-gen dari virus hepatitis B mengandung kode-kode genetik untuk membuat sejumlah produk-produk protein, termasuk hepatitis B surface antigen (HBsAg), hepatitis B core antigen (HBcAg), hepatitis B e antigen (HBeAg), dan DNA polymerase. Keempat protein-protein ini adalah penting untuk diketahui karena mereka diukur dalam tes-tes darah yang digunakan untuk mendiagnosis virus hepatitis B.
Virus hepatitis B terdiri hanya dari suatu partikel core (bagian pusat) dan suatu bagian luar yang mengelilinginya (surrounding envelope). Core terdiri dari HBcAg, dimana bagian luar terdiri dari HBsAg. Partikel core mengandung virus hepatitis B DNA (VHB-DNA), HBeAg, dan DNA polymerase. HBeAg, seperti didiskusikan kemudian, melayani sebagai suatu marker (penanda) dari kemampuan virus untuk menyebarkan infeksi. DNA polymerase adalah suatu bagian penting dari proses reproduksi virus yang unik dari virus. Apa yang relevan (bersangkut-paut) disini adalah bahwa virus HIV (human immunodeficiency virus) juga ber-reproduksi menggunakan proses yang sama ini. Sebagai akibatnya, banyak obat-obat yang telah dikembangkan untuk menghambat proses reproduksi ini untuk merawat infeksi HIV mungkin juga adalah efektif dalam merawat infeksi virus hepatitis B kronis.

Cara Virus Hepatitis B Melukai Hati

Virus hepatitis B sendiri tidak secara langsung menyebabkan kerusakkan pada hati. Agaknya, respon imun tubuh pada virus secara bertentangan menyebabkan kerusakkan. Jadi, pada suatu infeksi virus hepatitis B, respon imun tubuh pada virus bertanggunga jawab untuk kedua-duanya, eliminasi (penghilangan) virus hepatitis B dari tubuh dan kesembuhan dari infeksi. Namun, pada saat yang bersamaan, luka pada sel-sel hati disebabkan oleh respon imun yang sama itu pada virus hepatitis B dalam sel-sel hati.
Oleh karenanya, ada suatu keseimbangan antara efek-efek yang melindungi dan yang merusak dari respon sistim imun pada virus hepatitis B. Bagaimana keseimbangan ini dicapai menentukan hasil akhir pada seorang individu yang terinfeksi dengan virus hepatitis. Makanya, suatu infeksi virus hepatitis B akut dapat menjurus pada kesembuhan (hasil yang umum), pada gagal hati akut (jarang), dan adakalanya pada infeksi kronis. Infeksi kronis dapat berakibat pada suatu keadaan pengidap sehat (healthy carrier, dimana orang yang terpengaruhi mengandung virus namun tetap sehat) atau berlanjut ke sirosis (luka parut yang berat, atau fibrosis dari hati) dan komplikasi-komplikasinya, termasuk kanker hati.

Penyebaran/Penularan Hepatitis B

Virus hepatitis B disebar atau didapat melalui paparan pada darah yang terinfeksi atau pengeluaran-pengeluaran (sekresi) tubuh. Konsentrasi-konsentrasi dari virus hepatitis B yang paling tinggi ditemukan dalam darah, air mani (semen), kotoran vagina, air susu ibu, dan air liur. Hanya ada konsentrasi-konsentrasi virus hepatitis B yang rendah dalam urin dan tidak ada dalam feces. Oleh karenanya, hepatitis B tidak disebar melalui makanan atau minuman atau kontak yang sepintas lalu. Lebih jauh, virus hepatitis B tidak lagi ditulari oleh transfusi-transfusi darah karena semua darah untuk transfusi disaring (diperiksa) untuk meniadakan pencemaran atau kontaminasi dengan virus hepatitis B.
Di Amerika, dewasa-dewasa dan dewasa-dewasa muda bertanggung jawab pada kebanyakan kasus-kasus infeksi hepatitis B yang dilaporkan. Kontak seksual (intercourse) adalah cara-cara penularan yang paling umum. Virus juga dapat ditularkan oleh darah atau cairan tubuh yang tercemar virus hepatitis B dalam beberapa cara-cara yang berbeda. Cara-cara ini termasuk penggunaan obat secara intravena, skin-popping (suntikan dibawah kulit), tato, menindi tubuh (body piercing), dan akupunktur menggunakan alat-alat yang tidak steril. Sebagai tambahan, virus hepatitis B dapat ditulari melalui penggunaan bersama sikat-sikat gigi dan alat-alat cukur. Akhirnya, serangga-serangga penghisap darah seperti nyamuk-nyamuk dan kutu-kutu ranjang didaerah tropis dilaporkan telah menularkan virus hepatitis B.
Terakhir (namun bukan yang paling akhir), virus hepatitis B dapat ditularkan dari ibu-ibu yang terinfeksi kepada bayi-bayi mereka pada waktu kelahiran (yang disebut penularan vertikal). Ini adalah cara-cara penularan yang paling penting di wilayah-wilayah dimana infeksi virus hepatitis B selalu hadir (endemik), seperti di Asia Tenggara dan Afrika Sub-Sahara. Angka penularan virus hepatitis B kepada bayi-bayi yang baru lahir dari ibu-ibu yang sangat terinfeksi adalah sangat tinggi, mendekati 100%. Lebih dari itu, seperti diindikasikan lebih awal, hampir semua dari bayi-bayi ini akan mengembangkan infeksi virus hepatitis B kronis.

Gejala-Gejala Hepatitis B Akut

Hepatitis B akut adalah penyakit awal yang timbulnya cepat dan berlangsung singkat yang berakibat dari infeksi virus hepatitis B. Kira-kira 70% dari dewasa-dewasa dengan hepatitis B akut mempunyai sedikit atau tidak ada gejala-gejala. Sisanya yang 30% mengembangkan gejala-gejala yang signifikan dua sampai empat bulan setelah terpapar pada virus hepatitis B. Periode waktu ini antara terpapar dan gejala-gejala petama disebut periode inkubasi. Gejala-gejala yang paling umum dari hepatitis B akut adalah kelelahan, kehilangan nafsu makan, mual, dan sakit perut diatas daerah hati. Kekuningan atau jaundice (kulit kuning) seringkali menemani gejala-gejala lain ini. Ketika ini terjadi, infeksi biasanya dirujuk sebagai hepatitis ikterik akut [acute icteric (jaundiced) hepatitis].
Adakalanya, individu-individu dengan hepatitis B akut mengembangkan apa yang disebut gejala-gejala prodromal. Ini adalah gejala-gejala yang mulai tepat sebelum timbulnya gejala-gejala hepatitis yang dibahas dalam paragraf sebelumnya. Kadangkala, gejala-gejala prodromal menyerupai suatu reaksi alergi, seperti ruam kulit, sakit dan bengkak sendi-sendi, dan demam derajat rendah. Waktu-waktu lain, gejala-gejala prodromal menyerupai gejala-gejala influensa.
Jarang (kurang dari 0.5% dari dewasa-dewasa), individu-individu dengan hepatitis B akut dapat mengembangkan gagal hati akut (hepatitis fulminan). Pasien-pasien ini adalah sangat sakit dengan gejala-gejala hepatitis akut yang telah dibahas dan persoalan-persoalan tambahan dari kebingungan atau koma (encephalopathy) dan memar atau perdarahan (coagulopathy). Faktanya, sampai dengan 80% dari orang-orang dengan hepatitis fulminan dapat meninggal dalam waktu beberapa hari sampai beberapa minggu.

Yang Menentukan Hasil Akhir Hepatitis B Akut

Seperti disebutkan sebelumnya, suatu kemampuan individu untuk menghilangkan/mengeliminasi virus hepatitis B dari tubuh dan sembuh dari hepatitis B akut tergantung dari kekuatan respon imun tubuh pada infeksi. Lebih kuat respon imunnya, lebih besar kemungkinan mengeliminasi virus dan sembuh. Dengan tanda yang sama, bagaimanapun, lebih kuat respon imun, lebih mungkin kejadian dari luka hati dan gejala-gejala akut. Pada sisi lain, suatu respon imun yang lebih lemah berakibat pada luka hati yang lebih sedikit dan lebih sedikit gejala-gejala. Pada saat yang bersamaan, bagaimanapun, respon imun yang lebih lemah berakibat pada eliminasi/pembersihan virus yang lebih sedikit dan suatu kemungkinan yang lebih besar mengembangkan infeksi virus hepatitis B kronis. Tentu saja, kebanyakan bayi-bayi dan anak-anak yang memperoleh infeksi virus hepatitis B akut adalah asimptomatik, namun angka mereka mengembangkan virus hepatitis B kronis adalah lebih besar dari 95%.
Kebanyakan dewasa-dewasa (sekitar 95%), terutama yang dengan hepatitis B ikterik yang akut dan simptomatik, akan sembuh sepenuhnya dari infeksi dalam dua sampai tiga bulan. Mereka juga akan mengembangkan kekebalan, yaitu, perlindungan dari suatu infeksi virus hepatitis B yang berikutnya. Lebih dari itu, individu-individu ini jarang mengembangkan penyakit hati kronis. Berlawanan dengannya, orang-orang dewasa yang dengan sedikit atau tidak ada gejala-gejala selama episode hepatitis B akutnya, jika dibandingkan pada dewasa-dewasa dengan gejala-gejala, kemungkinan lebih kecil membersihkan/menghilangkan infeksinya dan lebih mungkin mengembangkan hepatitis B kronis.

Gejala-Gejala Infeksi Virus Hepatitis B Kronis

Gejala-gejala hepatitis B kronis akan didiskusikan dibawah 5 katagori-katagori berikut; hepatitis B kronis, sirosis hati, sirosis hati yang lanjut, kanker hati, dan keterlibatan dari organ-organ diluar hati (extrahepatic). Diagnosis terakhir dari infeksi virus hepatitis B, bagaimanapun, dibuat berdasarkan tes-tes darah yang adalah spesifik untuk virus hepatitis B. Diagnosis virus hepatitis B didiskusikan pada bagian berikutnya.

Hepatitis B kronis

Diagnosis hepatitis B kronis dapat dibuat, menurut definisi, hanya setelah enam bulan dari timbulnya hepatitis B akut. Adalah seringkali sulit untuk mencurigai diagnosis hepatits B kronis berdasarkan hanya pada gejala-gejala pasien. Penyebab untuk kesulitan ini adalah bahwa individu-individu yang mengembangkan hepatitis B kronis, seperti diindikasikan sebelumnya, adalah biasanya individu-individu yang sama yang mempunyai sedikit atau tidak ada gejala-gejala untuk mengisyaratkan timbulnya hepatitis B akut mereka.
Lebih dari itu, kebanyakan individu-individu dengan infeksi hepatitis B kronis tetap bebas gejala (asimptomatik) bertahun-tahun, bahkan sampai dua atau tiga dekade. Selama waktu ini, tes-tes darah pasien ini biasanya paling banyak abnormalnya ringan dan peradangan dan luka parut (fibrosis) hati majunya sedikit, jika memang ada. Adakalanya, bagaimanapun, individu-individu ini yang jika tidak dengan hepatitis B kronis yang tidak aktif mungkin mengembangkan pengaktifan-pengaktifan kembali (flares) dari gejala-gejala akut, tes-tes darah hati yang meningkat, dan peradangan hati. Pengaktifan-pengaktifan kembali ini menyerupai hepatitis akut, namun mereka dapat menyebabkan kemajuan dari luka parut (fibrosis) hati yang kronis. Mereka cenderung terjadi pada pria-pria yang mendapat infeksi kronis pada umur mudanya.

Sirosis hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B

Pada beberapa titik, bagaimanapun, hepatitis kronis dapat maju ke sirosis (luka parut atau fibrosis yang parah) hati. Pasien-pasien ini kemudian dapat mengembangkan gejala-gejala dan tanda-tanda (penemuan-penemuan yang abnormal pada pemeriksaan fisik) dari sirosis. Contohnya, mereka dapat menjadi lemah, lelah, dan peka terhadap infeksi-infeksi. Mereka dapat juga kehilangan massa otot, terutama pada pundak-pundak dan kaki-kaki bagian atas. Faktanya, mereka dapat mengembangkan nutrisi yang buruk dan kehilangan berat badan dari pencernaan yang abnormal, penyerapan yang kurang baik/malabsorpsi, atau metabolisme nutrisi hati yang abnormal. Jadi, kekurangan-kekurangan dapat terjadi, contohnya, dari vitamin A, yang menyebabkan gangguan penglihatan waktu malam, atau dari vitamin D, yang menyebabkan penipisan tulang belakang (spine) atau tulang-tulang pinggul (osteopenia). Pasien-pasien dengan sirosis juga seringkali mengembangkan bukti yang nyata (stigmata) dari sirosis, termasuk payudara-payudara yang bengkak (gynecomastia), buah-buah pelir yang kecil (atrophic), telapak-telapak tangan yang merah (palmar erythema), dan pembuluh-pembuluh yang membesar secara karakteristik pada kulit (spider angioma).

Sirosis hati yang lanjut yang disebabkan oleh virus hepatitis B

Akhirnya, kemajuan dari sirosis menjurus pada apa yang disebut sirosis yang telah lanjut, yang dikarakteristikan oleh perkembangan dari komplikasi-komplikasi tertentu. Sirosis yang telah lanjut adakalanya dirujuk sebagai stadium akhir sirosis atau gagal hati kronis. Beberapa dari para ahli juga menggunakan istilah, decompensated cirrhosis, sebagai yang bersinonim dengan sirosis yang telah lanjut. Yang lainnya, bagaimanapun, mencadangkan istilah, decompensated cirrhosis, untuk sirosis yang telah lanjut yang termasuk secara spesifik komplikasi-komplikasi apa saja yang berakibat terutama dari hipertensi portal (didiskusikan dibawah). Beberapa dari komplikasi-komplikasi sirosis yang telah lanjut dapat mempunyai beragam penyebab-penyebab. Perbedaan dalam terminologi ini berarti sedikit karena pertimbangan yang penting dalam segala kasus tertentu adalah hanya untuk menetapkan mana dari komplikasi-komplikasi sirosis yang dipakai.
Sesuai dengan itu, komplikasi-komplikasi sirosis yang mengindikasikan kehadiran sirosis yang telah lanjut didiskusikan dalam dua paragraf berikutnya. Komplikasi-komplikasi ini termasuk yang berakibat terutama dari hipertensi portal (penahanan cairan, encephalopathy, perdarahan saluran pencernaan, hypersplenism, dan sindrom hepatorenal), dan juga coagulopathy, jaundice, dan sindrom hepatopulmonary.
Hipertensi portal adalah istilah untuk tekanan yang meningkat dalam sistim vena portal yang terjadi pada pasien-pasien dengan sirosis yang telah lanjut. (Sistim vena portal mengalirkan darah dari organ-organ usus dan perut ke hati). Komplikasi-komplikasi sirosis yang paling umum yang berasal terutama dari hipertensi portal adalah penahanan cairan, hepatic (hati) encephalopathy, dan perdarahan saluran pencernaan/gastrointestinal (GI). Penahanan cairan menjurus pada pergelangan-pergelangan kaki yang bengkak (edema) dan suatu perut yang bengkak (ascites). Adakalanya, ciaran didalam perut menjadi terinfeksi (spontaneous bacterial peritonitis) dan menyebabkan demam dan sakit perut. Hepatic encephalopathy menyebabkan keadaan mengantuk, kebingungan, dan bahkan koma. Vena-vena yang membesar (varices) dalam kerongkongan dan lambung yang pecah dapat menyebabkan perdarahan saluran pencernaan. Sebagai akibatnya, pasien mungkin muntah darah merah yang segar atau mengeluarkan darah yang berwarna gelap.
Beberapa pasien-pasien mengembangkan hypersplenism, suatu komplikasi yang disebabkan, paling sedikit sebagian, oleh hipertensi portal. Pasien-pasien mempunyai suatu limpa yang membesar (splenomegaly), pengurangan sel-sel darah merah (anemia), pengurangan sel-sel darah puth (leucopenia), dan pengurangan platelet-platelet (thrombocytopenia). Anemia menyebabkan kelemahan; leucopenia menyumbang pada infeksi-infeksi; dan thrombocytopenia mengganggu pembekuan darah. Pasien-pasien dengan hipertensi portal juga dapat mengembangkan suatu persoalan yang serius dengan kefungsian ginjal-ginjal mereka tanpa kerusakan yang sesungguhnya pada ginjal-ginjal itu sendiri (hepatorenal syndrome).
Pada sirosis yang telah lanjut, seperti yang telah disebutkan, komplikasi-komplikasi penting lainnya dapat terjadi diluar dari yang terutama disebabkan oleh hipertensi portal. Contohnya, beberapa pasien-pasien cenderung mendapat memar dan perdarahan, sebagian besar karena gangguan fungsi hati menyebabkan kelainan-kelainan dalam proses pembekuan darah (coagulopathy). Pasien-pasien dengan sirosis yang telah lanjut dapat juga mengembangkan jaundice karena hati nyang rusak tidak mampu untuk mengeliminasi/menghilangkan secara memadai suatu senyawa kuning yang disebut bilirubin. Lebih jarang lagi, beberapa pasien-pasien dapat mengembangkan kesulitan bernapas karena hormon-hormon tertentu yang dilepas pada sirosis yang telah lanjut menyebabkan berfungsinya paru-paru yang abnormal (hepatopulmonary syndrome).

Kanker Hati Primer Virus Hepatitis B (hepatocellular carcinoma)

Akhirnya, kanker hati dapat berkembang pada pasien-pasien yang terinfeksi virus hepatitis B kronis sebagai suatu komplikasi dari sirosis yang telah lanjut. Kanker hati primer (berasal dari hati) ini paling mungkin terjadi pada orang-orang dengan reproduksi virus hepatitia B yang aktif, terutama pada individu-individu Chinese dan Hitam. Cara bagaimana kanker berkembang tidak dimengerti sepenuhnya. Diperkirakan, bagaimanapun, bahwa DNA virus hepatitis B entah bagaimana menjadi menyatu kedalam DNA sel hati pasien.
Gejala-gejala dan tanda-tanda yang paling umum dari kanker hati adalah sakit perut dan suatu hati yang bengkak dan membesar, kehilangan berat badan, dan demam. Sebagai tambahan, tumor-tumor hati dapat menghasilkan dan melepaskan sejumlah senyawa-senyawa, termasuk satu yang menyebabkan peningkatan sel-sel darah merah (erythrocytosis), gula darah yang rendah (hypoglycemia), dan kalsium darah yang tinggi (hypercalcemia). Tes-tes penyaringan (screening) diagnostik yang paling bermanfaat untuk kanker hati adalah suatu tes darah alpha-fetoprotein dan suatu studi gambar ultrasound dari hati.

Kelibatan virus hepatitis B dari organ-organ diluar hati (extra-hepatic)

Jarang, infeksi hepatitis B kronis dapat menjurus pada kelainan-kelainan yang mempengaruhi organ-organ lain daripada hati. Endapan dari kompleks-kompleks imun virus hepatitis B pada beragam organ-organ biasanya menyebabkan kelainan-kelainan ini. Suatu kompleks imun virus hepatitis B adalah suatu kesatuan yang berakibat dari pengikatan bersama dari suatu antibodi virus hepatitis B dan suatu antigen virus hepatitis B. (Suatu antigen adalah suatu senyawa yang adalah asing untuk tubuh dan suatu antibodi adalah suatu protein khusus yang dihasilkan oleh sel-sel darah putih dalam merespon pada antigen).
Kompleks-kompleks imun virus hepatitis B yang menempati atau mengendap dalam arteri-arteri kecil diseluruh tubuh dapat berakibat pada suatu peradangan pembuluh-pembuluh ini (vasculitis), disebut polyarteritis nodosa. Kondisi ini dapat menyebabkan suatu batasan yang lebar dari gejala-gejala, termasuk kelemahan otot, kerusakkan syaraf (neuropathy), borok-borok kulit yang dalam, persoalan-persoalan ginjal dengan kehilangan protein dalam urin (proteinuria), dan adakalanya gagal ginjal, hipertensi, demam-demam yang tidak dapat dijelaskan, dan sakit perut. Kompleks-kompleks imun virus hepatitis B dapat menyebabkan kerusakkan pada ginjal-ginjal dalam cara yang lain. Yaitu, kompleks-kompleks imun dapat diendapkan dalam glomeruli (elemen-elemen penyaring) dari ginjal, menyebabkan glomeronephritis, yang adalah suatu penyakit yang berbeda dari polyarteritis nodosa

Mendiagnosis Hepatitis B

Hepatitis B didiagnosis dari hasil-hasil tes-tes darah spesifik virus hepatitis B (serologi) yang mencerminkan beragam komponen-komponen virus hepatitis B. Suatu diskusi dari setiap tes-tes darah virus hepatitis B menyusul. Tes-tes serologi virus hepatitis B ini berbeda dari tes-tes darah hati standar (seperti ALT/SGPT dan AST/SGOT) yang dapat menjadi abnormal ketika hati dirusak oleh penyebab apa saja, termasuk infeksi virus hepatitis B.

HBsAg dan anti-HBs

Diagnosis infeksi hepatitis B dibuat terutama dengan mendeteksi hepatitis B surface antigen (HBsAg) dalam darah. Kehadiran HBsAg berarti bahwa ada infeksi virus hepatitis B aktif dan ketidakhadiran HBsAg berarti tidak ada infekis virus hepatitis B aktif. Menyusul suatu paparan pada virus hepatitis B, HBsAg menjadi terdeteksi dalam darah dalam waktu empat minggu. Pada inidividu-individu yang sembuh dari infeksi virus hepatitis B akut, eliminasi atau pembersihan dari HBsAg terjadi dalam waktu empat bulan setelah timbulnya gejala-gejala. Infeksi virus hepatitis B kronis didefinisikan sebagai HBsAg yang menetap lebih dari enam bulan.
Setelah HBsAg dieliminasi dari tubuh, antibodi-antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs) biasanya timbul. Anti-HBs ini menyediakan kekebalan pada infeksi virus hepatitis B yang berikutnya. Sama juga, individu-individu yang telah berhasil divaksinasi terhadap virus hepatitis B mempunyai anti-HBs yang dapat diukur dalam darah.

Anti-HBc

Hepatitis B core antigen hanya dapat ditemukan dalam hati dan tidak dapat terdeteksi dalam darah. Kehadiran dari jumlah-jumlah yang besar dari hepatitis B core antigen dalam hati mengindikasikan suatu reproduksi virus yang sedang berlangsung. Ini berarti bahwa virusnya aktif. Antibodi terhadap hepatitis B core antigen, dikenal sebagai antibodi hepatitis B core (anti-HBc), bagaimanapun, terdeteksi dalam darah. Sebagai suatu kenyataan, dua tipe dari antibodi-antibodi anti-HBc (IgM dan IgG) dihasilkan.
IgM anti-HBc adalah suatu penanda/indikator (marker/indicator) untuk infeksi hepatitis B akut. IgM anti-HBc ditemukan dalam darah selama infeksi akut dan berlangsung sampai enam bulan setelah timbulanya gejala-gejala. IgG anti-HBc berkembang selama perjalanan infeksi virus hepatitis B akut dan menetap seumur hidup, tidak perduli apakah individunya sembuh atau mengembangkan infeksi kronis. Sesuai dengan itu, hanya tipe IgM dari anti-HBc dapat digunakan secara spesifik untuk mendiagnosis suatu infeksi virus hepatitis B akut. Selain itu, menentukan hanya total anti-HBc (tanpa memisahkan kedua komponennya) adalah sangat tidak bermanfaat.

HBeAg, anti-HBe, dan mutasi-mutasi pre-core

Hepatitis B e antigen (HBeAg) dan antibodi-antibodinya, anti-HBe, adalah penanda-penanda (markers) yang bermanfaat untuk menentukan kemungkinan penularan virus oleh seseorang yang menderita infeksi virus hepatitis B kronis. Mendeteksi keduanya HBeAg dan anti-HBe dalam darah biasanya adalah eksklusif satu sama lain. Sesuai dengan itu, kehadiran HBeAg berarti aktivitas virus yang sedang berlangsung dan kemampuan menularkan pada yang lainnya, sedangkan kehadiran anti-HBe menandakan suatu keadaan yang lebih tidak aktif dari virus dan risiko penularan yang lebih kecil.
Pada beberapa individu-individu yang terinfeksi dengan virus hepatitis B, material genetik untuk virus telah menjalankan suatu perubahan struktur yang tertentu, disebut suatu mutasi pre-core. Mutasi ini berakibat pada suatu ketidakmampuan virus hepatitis B untuk menghasilkan HBeAg, meskipun virusnya reproduksi/replikasi secara aktif. Ini berarti bahwa meskipun tidak ada HBeAg yang terdeteksi dalam darah dari orang-orang dengan mutasi, virus hepatitis B masih tetap aktif pada orang-orang ini dan mereka dapat menularkan pada yang lain-lainnya.

Hepatitis B virus DNA

Penanda yang paling spesifik dari reproduksi/replikasi virus hepatitis B adalah pengukuran dari hepatitis B virus DNA dalam darah. Anda ingat bahwa DNA adalah material genetik dari virus hepatitis B. Tingkat-tingkat yang tinggi dari hepatitis B virus DNA mengindikasikan suatu reproduksi/replikasi virus dan aktivitas virus yang sedang berlangsung. Tingkat-tingkat hepatitis B virus DNA yang rendah atau tidak terdeteksi dikaitkan dengan fase/tahap infeksi virus hepatitis B yang tidak aktif. Beberapa tes-tes laboratorium yang berbeda (assays) tersedia untuk mengukur hepatitis B virus DNA.
PCR (polymerase chain reaction) adalah metode (assay) yang paling sensitif untuk menentukan tingkat hepatitis B virus DNA. Ini berarti bahwa PCR adalah metode yang terbaik untuk mendeteksi jumlah-jumlah yang sangat kecil dari penanda virus hepatitis B. Metode ini bekerja dengan memperbesar material yang sedang diukur sampai semilyar kali untuk mendeteksinya. Metode PCR, oleh karenanya, dapat mengukur sekecil 50 sampai 100 kopi (partikel-partikel) dari virus hepatitis B per mililiter darah. Tes ini, bagaimanapun, sebenarnya terlalu sensitif untuk penggunaan diagnosis yang praktis.
Tujuan mengukur hepatitis B virus DNA biasanya adalah untuk menentukan apakah infeksi virus hepatitis B aktif atau tidak aktif (diam). Perbedaan ini dapat dibuat berdasarkan jumlah hepatitis B virus DNA dalam darah. Tingkat-tngkat yang tinggi dari DNA mengindikasikan suatu infeksi yang aktif, dimana tingkat-tingkat yang rendah mengindikasikan suatu infeksi yang tidak aktif (tidur). Jadi, pasien-pasien denga penyakit yang tidur (tidak aktif) mempunyai kira-kira satu juta partikel-partikel virus per mililiter darah, sedangkan pasien-pasien dengan penyakit yang aktif mempunyai beberapa milyar partikel-partikel per mililiter. Oleh karenanya, siapa saja yang HBsAg positif, bahkan jika infeksi virus hepatitis B tidak aktif, akan mempunyai tingkat-tingkat hepatitis B virus DNA yang dapat terdeteksi dengan metode PCR karena ia begitu sensitif.
Untuk tujuan-tujuan praktis, hepatitis B virus DNA dapat diukur menggunakan suatu metode yang disebut metode hybridization, yang adalah suatu tes yang lebih kuang sensitif daripada PCR. Tidak seperti metode PCR, metode hybridization mengukur material virus tanpa pembesaran. Sesuai dengan itu, tes ini dapat mendeteksi hepatitis B virus DNA hany ketika banyak partikel-partikel virus hadir dalam darah, berarti bahwa infeksinya aktif. Dengan kata lain, dari sudut pandang yang praktis, jika hepatitis B virus DNA terdeteksi dengan suatu metode hybridization, ini berarti bahwa infeksi virus hepatitis B adalah aktif.

Menginterpretasikan Tes-Tes Darah Virus Hepatitis B

Tabel 1 memberikan interpretasi-interpretasi diagnostik untuk beragam kumpulan-kumpulan (sets) dari hasil yang didapatkan dengan suatu deretan tes-tes darah virus (serologi) hepatitis B. Ingat, bagaimanapun, bahwa interpretasi dari tes-tes darah virus hepatitis B harus selalu dibuat dengan pengetahuan dari sejarah medis pasien, pemeriksaan fisik, dan hasil-hasil dari tes-tes darah hati standar yang dapat mengindikasikan kerusakan pada hati.
Tabel 1: Interpretasi tes-tes (+ = positif dan - = negatif) darah (serologi) virus hepatitis B

HBsAg
Anti-HBs
Anti-Hbc (total)
Anti-HBc IgM
HBeAg
Anti-HBe
HBV DNA
Interpretasi
+
-
+
+
+
+
+
Tahap awal infeksi akut
+
-
+
+
-
+
-
Tahap Kemudian infeksi akut
-
-
+
+
-
+
-
Tahap kemudian infeksi akut
-
+
+
-
-
-
-
Kesembuhan dengan kekebalan
-
+
-
-
-
-
-
Vaksinasi yang sukses
+
-
+
-
+
-
+
Infeksi kronis dengan reproduksi aktif
+
-
+
-
-
+
-
Infeksi kronis dalam tahap tidak aktif
+
-
+
-
-
+
+
Infeksi kronis dengan reproduksi aktif
-
-
+
-
-
+ atau -
-
Kesembuhan, Hasil positif palsu, atau infeksi kronis

Peran Biopsi Hati pada Hepatitis B Kronis

Suatu biopsi hati adalah suatu bagian yang penting dari pengkajian seorang pasien dengan virus hepatitis B kronis. Tes ini bernilai karena inti yang kecil dari jaringan yang diambil dari hati pada umumnya mewakili keseluruhan dari hati. Lebih jauh, suatu diagnosis dari hepatitis kronis biasanya dapat dibuat dari biopsi. Bagaimanapun, tipe hepatitis kronis (atau sirosis yang diakibatkannya), apakah itu hepatitis B, C, atau hepatitis autoimun, tidak dapat ditentukan secara pasti dari biopsi.
Sejarah medis pasien, pemeriksaan fisik, tes-tes darah hati standar, dan testes darah virus hepatitis B (serologi), bersama dengan biopsi hati, digunakakn semuanya untuk membuat diagnosis dari tipe spesifik hepatitis kronis. Meski demikian, biopsi hati adalah tes yang menunjukan jumlah hati yang luka (peradangan) dan luka parut (fibrosis) pada hepatitis kronis atau sirosis. Informasi yang didapat dari biopsi kemudian digunakan untuk membantu menentukan prognosis (perjalanan dan hasil akhir) dari penyakit dan begitu juga keperluan untuk perawatan anti-virus.

Obat-Obat Yang Digunakan Untuk Merawat Hepatitis B

Infeksi Akut

Infeksi akut dengan hepatitis B biasanya tidak memerlukan perawatan. Pada kasus-kasus yang jarang, bagaimanapun, infkesi mungkin menyebabkan kegagalan hati yang mengancam nyawa. Pasien-pasien dengan kegagalan hati yang disebabkan oleh hepatitis B akut harus dievaluasi untuk transplantasi hati. Studi-studi kecil menyarankan bahwa obat lamivudine (Epivir) mungkin efektif dalam setting ini.

Infeksi Kronis

Jika seorang terinfeksi secara kronis dengan hepatitis B dan mempunyai sedikit tanda-tanda atau gejala-gejala dari komplikasi-komplikasi, obat-obat biasanya tidak digunakan. Pasien-pasien ini diamati secara hati-hati dan diberikan tes-tes darah periodik. Satu tes mengukur 'viral load', yaitu, jumlah dari viral DNA dalam darah. Dokter-dokter akan merekomendasikan perawatan jika ada tanda-tanda bahwa virus mulai menyebabkan kerusakan atau jika viral load tinggi. Alasan lain untuk meresepkan obat adalah jika pasien mempunyai tes yang positif untuk Hepatitis B e-antigen (HBeAg) dalam darah. HBeAg berhubungan dengan risiko yang meningkat dari kemajuan penyakit hati dan komplikasi-komplikasinya.
Pada hepatitis B kronis, tujuan dari perawatan adalah untuk mengurangi risiko dari komplikasi-komplikasi termasuk sirosis dan gagal hati. Bagaimanapun, itu memakan waktu berdekade-dekade untuk komplikasi-komplikasi terjadi, yang membuatnya sulit untuk mempelajari efek dari obat-obat. Sebagai pengganti untuk menunggu bertahun-tahun untuk menemukan apa yang terjadi, ilmuwan-ilmuwan telah menggunakan tes-tes seperti viral load atau tes-tes fungsi hati untuk mengevaluasi apakah obat-obatnya bekerja. Ini logis karena diketahui bahwa orang-orang yang mempunyai jumlah-jumlah yang besar dari virus dalan darah mereka berada pada risiko yang paling tinggi untuk mendapat sirosis. Sampai dengan satu pertiga dari orang-orang dengan viral loads yang sangat tinggi (lebih dari satu juta viral copies per mililiter darah) akan mengembangkan sirosis melalui satu dekade, dibanding pada hanya 4.5% dari mereka dengan viral loads yang rendah (lebih sedikit dari 300 viral copies per mililiter).
Obat-obat dapat mengurangi jumlah dari virus-virus dalam tubuh dan mungkin mampu untuk mengeliminasi virus dari aliran darah. Secara logis, ini harus menjurus pada mereka untuk mempunyai angka yang rendah dari kemajuan ke sirosis (<1% per tahun), meskipun studi-studi yang besar dan berjangka panjang masih belum dilakukan. Bahkan pada orang-orang yang menghapuskan virus dari darah mereka, jumlah-jumlah yang rendah dari virus-virus tetap hidup dalam hati dan sel-sel lain. Jadi, obat-obat tidak menyembuhkan penyakit, namun mereka dapat mencegah atau menunda komplikasi-komplikasi dan gejala-gejala. Orang-orang yang mempunyai respon yang baik pada perawatan tetap dapat menularkan virus. Dokter-dokter mengikuti tes-tes darah yang mengukur viral load dan fungsi hati dan mereka mungkin merekomendasikan biopsi-biopsi hati untuk mengevaluasi apakah obat-obat bekerja.
Obat-obat yang sekarang dalam penggunaan untuk hepatitis B kronis termasuk interferons dan nucleoside/nucleotide analogues. Agent-aget baru sedang dikembangkan meskipun mereka masih dibawah penyelidikan dan dipertimbangkan sebagai bersifat percobaan. Tidak ada petunjuk-petunjuk yang diterima yang memberitahukan bagaimana setiap pasien harus dirawat. Sebagai akibatnya, perawatan dibedakan dari orang ke orang.

Interferon

Interferon-alpha telah digunakan untuk merawat hepatitis B untuk lebih dari 20 tahun. Interferon-alpha adalah protein yang terjadi secara alami yang dibuat dalam tubuh oleh sel-sel darah putih untuk melawan infeksi-infeksi virus. Sebagai tambahan pada efek-efek anti virus langsungnya, interferon bekerja melawan virus hepatitis B dengan menstimulasi sistim imun tubuh untuk membersihkan virus. Dibanding pada agent-agent interferon alpha yang lebih lama, pegylated interferon alpha, dipasarkan sebagai Pegasys atau Pegintron, mempunyai jadwal pendosisan yang lebih menyenangkan, mungkin sedikit lebih efektif dan menekan virus-virus untuk periode waktu yang lebih lama. Pegylated interferon alpha diberikan sekali setiap minggu untk 48 minggu.
  • Pengurangan yang signifikan dalam viral load atau eliminasi dari DNA virus yang dapat dideteksi dari darah terjadi pada duapertiga dari orang-orang selama perawatan.
  • Tes-tes darah untuk fungsi-fungsi hati kembali normal pada kira-kira 40% orang-orang yang dirawat dengan interferon.
  • Orang-orang yang mempunyai kelainan-kelainan yang signifikan dalam fungsi hati sebelum terapi lebih mungkin merespon pada perawatan.
  • Mereka yang mempunyai tes-tes darah hati yang normal sebelum perawatan kurang mungkin merespon pada terapi interferon.
  • Hasil-hasil biopsi hati menunjukan perbaikan pada kira-kira sepertiga dari pasien-pasien.
Hanya 27%-32% dari orang-orang yang mempunyai Hepatitis B e-antigen (HBeAg) dalam darah mereka akan mampu untuk mengeliminasi HBeAg dan menghasilkan antibodi-antibodi terhadap HBe antigen setelah perawatan dengan interferon. Kekambuhan mungkin terjadi setelah perawatan dihentikan.
Respon yang mendukung (viral load yang tidak dapat dideteksi dalam darah, tes-tes fungsi hati yang normal) terjadi pada kira-kira 15% sampai 30% dari pasien-pasien setelah obat dihentikan. Meskipun ini bukan penyembuhan (beberapa virus tetap hidup dalam hati dan ditempat lain), orang-orang dengan respon yang mendukung berada pada risiko yang rendah untuk komplikasi-komplikasi dari penyakit hati. Jika sistim imun dari respon dikompromikan, contohnya melalui penggunaan dari steroids atau memperoleh HIV, penyakit dapat berulang. Pengamatan periodik dari tes-tes darah dapat membantu menkonfirmasi bahwa respon berlanjut dipertahankan.

Efek-Efek Sampingan Interferon

Interferon menyebabkan beberapa efek-efek sampingan termasuk:
  • kelelahan, sakit-sakit otot keseluruhan, demam, kedinginan dan kehilangan nafsu makan. Gejala-gejala seperti flu ini terjadi pada kira-kira 80% dari pasien-pasien yang dirawat;
  • turun naiknya suasana hati, depresi, ketakutan dan efek-efek neuropsychiatric lain mungkin terjadi; dan
  • kelainan-kelainan kelenjar tiroid yang berakibat ada hypothyroidism (terlalu sedikit hormon tiroid);
  • penindasan yang signifikan dari sumsum tulang dan produksi dari sel-sel darah;
  • infeksi;
  • atau kehilangan rambut (rontok) mungkin terjadi.
Efek-efek sampingan mungkin cukup parah sehingga pasien tidak mampu untuk meneruskan perawatan. Selama perawatan, respon imun normal pada virus distimulasi dan mungkin menyebabkan perburukan peradangan dalam hati. Ini normalnya adalah sinyal yang baik yang menunjukan bahwa interferon bekerja, namun respon-respon yang lebih ekstrim mungkin pada kasus-kasus yang jarang menyebabkan kegagalan hati. Jadi, dokter-dokter akan memonitor tes-tes darah secara ketat selama terapi. Orang-orang dengan penyakit hati yang tidak stabil yang disebabkan oleh sirosis biasanya harus tidak mengambil interferon karena risiko yang meningkat dari kegagalan hati.

Nucleoside/Nucleotide Analogues

Nucleoside/nucleotide analogues (NAs) adalah kimia-kimia yang dibuat manusia yang meniru nucleosides dan nucleotides yang digunakan untuk membuat DNA. Ketika virus mencoba untuk menggunakan analogues untuk membuat DNAnya sendiri, ia tidak mampu untuk membuat DNA dan, oleh karenanya, tidak dapat reproduksi. Contoh-contoh dari agent-agent ini termasuk adefovir (Hepsera), entecavir (Baraclude), lamivudine (Epivir-HBV, Heptovir, Heptodin), telbivudine (Tyzeka) dan tenofovir (Viread).
  • Pada pasien-pasien yang mempunai HBeAg dalam darah mereka, NAs mengurangi viral load, meyebabkan virus menjadi tidak terdeteksi pada 21% sampai 67% dari pasien-pasien.
  • Normalisasi dari tes-tes darah hati terjadi pada 40% sampai 77%, dan kehilangan dari HBeAg terjadi pada kira-kira 12% sampa 22% dari kasu-kasus setelah satu tahun perawatan.
  • Hasil-hasil adalah lebih baik pada pasien-pasien yang tidak mempunyai HBeAg dalam darah mereka, dengan 50% sampai 90% mempunyai virus yang tidak dapat terdeteksi dan 60% sampai 80% mempunyai normalisasi dari tes-tes fungsi hati.
Pada studi tahun 2004 pada orang-orang yang telah mempunyai sirosis dari hepatitis B, perawatan dengan lamivudine memotong risiko kanker hati dan kegagalan hati yang progresif dengan lebih dari 50%. NAs yang lebih baru seperti entecavir (Baraclude) dan telbivudine (Tyzeka) nampak mempunyai angka-angka respon yang lebih tinggi daripada agent-agent yang lebih lama seperti lamivudine (Epivir-HBV, Heptovir, Heptodin), namun ada lebih sedikit pengalaman dengan NAs ini.
Sayangnya, virus hepatitis B mungkin menjadi resisten pada NAs melalui waktu (lihat bawah). Adefovir mungin efektif terhadap strain-strain dari virus yang telah menjadi resisten pada lamivudine dan mungkin ditambahkan pada lamivudine jika resisten nampak. Hanya mengubah dari satu NA ke lainnya tidak direkomendasikan karena ini menjurus pada starin-strain virus yang resisten pada banyak obat-obat.
Sekarang ini, durasi yang optimal dari perawatan dengan nucleoside/nucleotide analogues tidak pasti. Orang-orang dengan HBeAg mungkin dirawat sampai enam bulan setelah HBeAg menghilang dari darah dan digantikan oleh antibodi-antibodi (anti-HBe), jika ini terjadi. Pada orang-orang tanpa HBeAg, titik-titik akhir adalah kurang jelas. Beberapa ahli-ahli mendukung perawatan hingga viral load (viral DNA) tidak terdeteksi dan surface antigen (HbsAg) telah dibersihkan dari darah. Yang lain-lain menyarankan meneruskan obat-obat untuk periode-periode yang berkepanjangan untuk menekan virus. Semua dari strategi-strategi ini dihambat oleh risiko dari virus menjadi resisten pada obat-obat. Pasien-pasien yang menghentikan perawatan dengan NAs harus dimonitor secara hati-hati untuk hepatitis yang berulang, yang mungkin adalah parah.

Mengapa Virus Hepatitis B Menjadi Resisten Terhadap Nucleoside/Nucleotide Analogues ?

Tantangan utama yang berhubungan dengan terapi jangka panjang dengan NAs adalah perkembangan dari resisten virus pada NAs. Resisten ini berakibat dari perubahan (mutasi) dalam materi genetik virus.
  • Untuk lamivudine (Epivir-HBV, Heptovir, Heptodin), kejadian dari resisten adalah 25% setelah satu tahun dan setinggi 50% setelah tiga tahun perawatan.
  • Dengan telbivudine (Tyzeka), angka-angka resisten adalah 5% sampai 11% setelah satu tahun.
Oleh karenanya, beberapa petunjuk-petunjuk tidak merekomendasikan lamivudine atau telbivudine sendirian sebagai perawatan pertama untuk hepatitis B kronis.
Untuk NAs lain seperti adefovir (Hepsera), resisten adalah kurang umum setelah satu tahun terapi namun meningkat sampai 30% setelah lima tahun. Hasil-hasil awal dengan entecavir (Baraclude) menyarankan bahwa resisten mungkin tidak umum dengan agnet ini. Jika resisten terjadi, viral load mungkin naik atau tes-tes darah hati mungkin menjadi abnormal.

Adakah Perawatan Yang Lebih Disukai Untuk Hepatitis B Kronis ?

Tidak ada petunjuk-petunjuk yang jelas untuk merekomendasikan agent mana yang digunakan pertama dalam merawat hepatitis B kronis. Interferon diberikan untuk periode waktu yang tertentu dan mungkin mempunyai respon yang lebih berkepanjangan setelah obat-obat dihentikan daripada NAs. Bagaimanapun, interferon diberikan sebagai suntikan, dan efek-efek sampingan seringkali menyusahkan. NAs diberikan sebagai pil dan mempunyai sedikit efek-efek sampingan, namun durasi perawatan tidak jelas, dan terapi yang berkepanjangan mungkin diperlukan. NAs mungkin disukai pada pasien-pasien dengan penyakit yang tidak stabil dan sirosis karena mereka diperkirakan kurang mungkin menyebabkan flare-flare yang serius dari hepatitis dengan penyakit hati yang lebih parah.
Totalkesehatananda.com


Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh oleh tubuh. Sebagian besar hasil bilirubin berasal dari degredasi hemoglobin darah dan sebagian lagi berasal dari hem bebas atau dari proses eritropoesis yang tidak efektif.  Pembentukan bilirubin tadi dimulai dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin serta beberapa zat lain. Biliverdin inilah yang mengalami reduksi dan menjadi bilirubin bebas atau bilirubin IX alfa. Zat ini sulit larut dalam air tetapi larut dalam lemak, karena mempunyai sifat lipofilik yang sulit diekskresi dan mudah melalui membrane biologic seperti placenta dan sawar darah otak. Bilirubin bebas tersebut kemudian bersenyawa dengan albumin dan dibawa ke hepar. Dalam hepar terjadi mekanisme ambilan, sehingga bilirubin terikat dengan oleh reseptor membran sel hati dan masuk ke dalam sel hati. Segera setelah ada dalam sel hati, terjadi persenyawaan dengan ligandin ( protein-Y), protein-Z, dan glutation hati lain yang membawanya ke reticulum endoplasma hati, tempat terjadinya proses konjugasi. Proses ini timbul berkat adanya enzim glukoronil transferase yang kemudian menghasilkan bentuk bilirubin direk. Jenis bilirubin ini larut dalam air dan pada kadar tertentu dapat diekskresikan melalui ginjal. Sebagian besar bilirubin yang terkonjugasi ini diekskesi melalui duktus hepatikus ke dalam saluran pencernaan dan selanjutnya menjadi urobilinogen dan keluar dari tinja sebagai sterkobilin. Dalam usus sebagian diarbsorbsi kembali oleh mukosa usus dan terbentuklah proses arbsorpsi   enterohepatik.
Sebagian besar neonatus mengalami peningkatan kadar bilirubin indirek pada hari-hari pertama kehidupan. Hal ini terjadi karena terdapatnya proses fisiologik tertentu pada neonatus. Proses tersebut antara lain karena tingginya kadar eritrosit neonatus, masa hidup eritrosit yang lebuh pendek (80 – 90 hri ), dan belum matangnya fungsi hepar.
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian tersering adalah apabila terdapat pertambahan beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit bayi/janin, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Gangguan ambilan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein-Y berkurang atau pada keadaan protein-Y dan protein-Z terikat oleh anion lain, misalkan pada bayi dengan asidosis atau keadaan anoksia/hipoksia. Keadaan lain yang dapat memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan konjugasi hepar ( defisiensi enzim glukoronil transferase ) atau bayi menderita gangguan eksresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empedu ekstra/intrahepatik.


Katablisme Heme Menghasilkan Bilirubin
Dalam keadaan normal, umur eritrosit sekitar 120 hari. Sehingga, sekitar 100-200 juta eritrosit dihancurkan setiap jammya. Dalam 1 hari lebih kurang 6 gram hemoglobin (untuk berat badan 70 kg) dihancurkan. Proses degradasi ini terjadi di jaringan retikulo endothelial (limpa, hati, dan sumsum tulang), yaitu pada bagian mikrosom dari sel retikulo endothelial.
Hemoglobin dipecah menjadi heme dan globin. Bagian protein globin diuraikan menjadi asam amino-asam amino pembentuknya kemudian digunakan kembali. Besi akan dilepaskan dari heme kemudian memasuki depot besi yang juga dapat dipakai kembali. Sedangkan porfirinnya akan dikatabolisme dan menghasikan bilirubin.
Proses pertama dari katabolisme heme dilakukan oleh kompleks enzim heme oksigenase. Pada saat mencapai heme oksigenase besi umumnya sudah teroksidasi menjadi bentuk feri membentuk hemin. Hemin kemudian direduksi dengan NADPH, besi feri dirubah kembali menjadi fero. Dengan bantuan NADPH kembali, oksigen ditambahkan pada jembatan a metenil (antara cincin pirol I dan II) membentuk gugus hidroksil, besi fero teroksidasi kembali menjadi feri. Heme oksigenase dapat diinduksi oleh substrat. Selanjutnya, dengan penambahan oksigen lagi ion feri dibebaskan serta terbentuk karbon monoksida dan biliverdin IXa yang berwarna hijau. Pada reaksi ini heme bertindak sebagai katalisator. Pada burung dan amfibia, diekskresi biliverdin IXa. Sedangkan pada mamalia, dengan bantuan enzim biliverdin reduktase, terjadi reduksi jembatan metenil antara cincin pirol III dan IV menjadi gugus metilen, membentuk bilirubin IXa yang berwarna kuning. Satu gram hemoglobin diperkirakan menghasilkan 35 mg bilirubin. Perubahan heme menjadi bilirubin secara in vivo dapat diamati pada warna ungu hematom yang perlahan-lahan beirubah menjadi bilirubin yang berwarna kuning.
Metabolisme Bilirubin di Hati

Metabolisme bilirubin dalam hati dibagi menjadi 3 proses:
1. Pengambilan (uptake) bilirubin oleh sel hati
2. Konjugasi bilirubin
3. Sekresi bilirubin ke dalam empedu

Pengambilan Bilirubin oleh Hati
Bilirubin hanya sedikit larut dalam plasma dan terikat dengan protein, terutama albumin. Beberapa senyawa seperti antibiotika dan obat-obatan bersaing dengan bilirubin untuk mengadakan ikatan dengan albumin. Sehingga, dapat mempunyai pengaruh klinis. Dalam hati, bilirubin dilepaskan dari albumin dan diambil pada permukaan sinusoid dari hepatosit melalui suatu sistem transport berfasilitas (carrier-mediated saturable system) yang saturasinya sangat besar. Sehingga, dalam keadaan patologis pun transport tersebut tidak dipengaruhi. Kemungkinan pada tahap ini bukan merupakan proses rate limiting.

Konjugasi Bilirubin
Dalam hati, bilirubin mengalami konjugsi menjadi bentuk yang lebih polar sehingga lebih mudah diekskresi ke dalam empedu dengan penambahan 2 molekul asam glukoronat. Proses ini dikatalisis oleh enzim diglukoronil transferase dan menghasilkan bilirubin diglukoronida. Enzim tersebut terutama terletak dalam retikulum endoplasma halus dan menggunakan UDP-asam glukoronat sebagai donor glukoronil. Aktivitas UDP-glukoronil transferase dapat diinduksi oleh sejumlah obat misalnya fenobarbital.
Sekresi
Bilirubin yang sudah terkonjugasi akan disekresi kedalam empedu melalui mekanisme pangangkutan yang aktif dan mungkin bertindak sebagai rate limiting enzyme metabolisme bilirubin. Sekeresi bilirubin juga dapat diinduksi dengan obat-obatan yang dapat menginduksi konjugasi bilirubin. Sistem konjugasi dan sekresi bilirubin berlaku sebagai unit fungsional yang terkoordinasi.

Metabolisme Bilirubin di Usus
Setelah mencapai ileum terminalis dan usus besar bilirubin terkonjugasi akan dilepaskan glukoronidanya oleh enzim bakteri yang spesifik (b-glukoronidase). Dengan bantuan flora usus bilirubin selanjutnya dirubah menjadi urobilinogen.
Urobilinogen tidak berwarna, sebagian kecil akan diabsorpsi dan diekskresikan kembali lewat hati, mengalami siklus urobilinogen enterohepatik. Sebagian besar urobilinogen dirubah oleh flora normal colon menjadi urobilin atau sterkobilin yang berwarna kuning dan diekskresikan melalui feces. Warna feces yang berubah menjaadi lebih gelap ketika dibiarkan udara disebabkan oksidasi urobilinogen yang tersisa menjadi urobilin.

sumber :


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
 
Created by Trinomi